LAPORAN PENELITIAN PSIKOLINGUISTIK
Tentang
Demensia Sebagai Salah Satu Gangguan
Berpikir
Dosen pembimbing : Silvia Marni, M.Pd.
Disusun
oleh:
FIFI
OKTAVIA 13080002
SESI
A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA
BARAT
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga makalah yang
berjudul “Hubungan Berbahasa Dengan Berpikir (Dimensia Sebagai Salah Satu Gangguan
Berpikir)”
ini dapat tersusun hingga selesai. Tugas ini diajukan sebagai tugas individu dan
tugas akhir mata kuliah Psikolinguistik.
Penulis
mengucapkan banyak terimakasih dari berbagai pihak yang telah membantu dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. khususnya kepada ibu Silvia
Marni yang telah membimbing dalam penyusunan makalah atau laporan penelitian
ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada informan yang telah
membantu dan semua teman-teman sesi A.
Penulis
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Padang, Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR IS....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................
B.
Rumusan
masalah..............................................................................
C.
Tujuan
penulisan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
Kajian Teori........................................................................................
B.
Hasil
Temuan Dan Analisis................................................................
C.
Pembahasan........................................................................................
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan.........................................................................................
B.
Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pikun merupakan
salah satu gangguan dalam berfikir. Istilah
pikun dalam dunia medis dikenal sebagai demensia. Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan
pada tingkah laku harian (behavioral
symptom) yang mengganggu (disruptive)
ataupun tidak menganggu (non-disruptive). Demensia bukanlah sekedar penyakit
biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi
tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia
adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Demensia adalah satu
penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal
Demensia dapat menyerang berbagai
kalangan, tidak hanya usia tua (lansia), orang yang masih muda (usia produktif)
juga dapat menderita demensia (pikun). Pada usia muda, demensia bisa terjadi
secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon
monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak, tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas
60 tahun. Demensia bukan merupakan
bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka
perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama
ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan
normal ini tidak mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan
pertanda dari demensia maupun
penyakit Alzheimer stadium awal.
Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama
makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil,
tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja
terjadi.
Berdasarkan hal tersebut, pentingnya
peneliti membahas gangguan berfikir khususnya demensia disebabkan karena begitu banyak penderita demensia
yang dijumpai di lingkungan sekitar peneliti, dari usia tua sampai menyerang
usia muda (produktif), oleh sebab itu peneliti ingin mengatahui apa-apa saja
faktor yang mempengaruhi demensia,
bagaimana gejala awal dari demensia serta apa upaya yang dapat dilakukan untuk
penyembuhan penyakit demensia.
Informan yang peneliti pilih adalah seorang yang memang benar-benar pikun
dan terdapat di daerah peneliti. Tepatnya berada tidak jauh dari rumah
peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengadakan
wawancara langsung dengan informan untuk mengetahui faktor apa yang
mempengaruhi informan menderita demensia
serta bagaiman gejala yang dialami oleh informan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana gejala-gejala penyakit demensia?
2. Bagaimana faktor-faktor penyebab penyakit demensia?
3. Bagaimana upaya-upaya mengatasi penyakit demensia?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan gejala-gejala
penyakit demensia.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab penyakit demensia.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya
mengatasi penyakit demensia.
D.
Manfaat Penelitian
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun
teoretis.
1.
Manfaat Teoretis
Penulisan ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang gangguan
berfikir, terutama penyakit demensia.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Penulis sendiri
Dapat menambah
wawasan penulis tentang pembelajaran gangguan berfikir pada penderita demensia,
sehingga dapat membantu penerapan pengetahuan tersebut apabila ada penderita demensia di lingkungan penulis.
b.
Bagi Masyarakat
Apabila makalah
ini dibaca oleh masyarakat, maka dapat dijadikan panduan dalam penanganan
penderita demensia dengan baik.
E. Metode Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian Teori
1. Pengertian Demensia
Dr. Martina Wiwie S. Nasrun (Media
Indonesia, 21 Mei 2001) mengatakan bahwa kepikunan atau demensia adalah suatu penurunan fungsi memori atau daya ingat dan
daya pikir lainnya yang dari hari ke hari semakin memburuk. Gangguan kognitif
ini meliputi gangguan ingatan jangka pendek, kekeliruan mengenai tempat, orang,
dan waktu. Juga gangguan kelancaran berbicara.
Selanjutnya, Dr. Martina menjelaskan
hal yang dapat dilakukan untuk mengobati demensia
adalah mencari tahu penyebab gangguan perilaku tersebut. Apakah karena adanya
nyeri fisik akibat luka atau ada hubungannya dengan depresi. Penanggulangan
gangguan pada demensia dapat
dilakukan melalui metode non-obat atau pun dengan obat. Tetapi non-obat
dilakukan sebelum terapi obat. Jika masalah yang dihadapi tidak berat, tetapi
non-obat sudah dapat memproses penyembuhan.
Menurut
Chaer penyebab pikun ini antara lain
karena terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah
zat – zat kimia dalam otak. Biasanya volume otak akan mengecil atau menyusut,
sehingga rongga – rongga dalam otak melebar. Selai itu dapat pula disebabkan
oleh penyakit seperti stroke, tumor otak, depresi dan gangguam sistemik. Pikun
yang disebabkan oleh depresi dan gangguan sistemik dapat pulih kembali, tetapi
kebanyakan kasus demensia lainnya tidak dapat kembali ke kondisi sebelumnya.
2.
Ciri-ciri
Demensia dan Gejala-gejala Demensia
Orang yang pikun menunjukkan banyak
sekali gangguan seperti agnosia,
aproksia, amnesia, perubahan kepridian, perubahan perilaku, dan kemunduran
dalam segala macam fungsi intelektual. Semua gangguan itu menyebabkan kurangnya
berpikir, sehingga ekspresi verbalnya diwarnai dengan kesukaran menemukan
kata-kata yang tepat. Kalimat sering kali di ulang-ulang . Apa yang sudah
dikatakan diulang lagi. Pembicaraan sering terpurus karena arah pembicaraan
tidak teringat atau tidak diketahui lagi, sehingga berpindah ke topik lain. Disebutkan
dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala
demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan
sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar peneliti dalam
risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer,
penyakit vascular (pembuluh darah), demensia
Lewy body, demensia frontotemporal dan
sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Adapun
gejala-gejala dari demensia, antara lain:
a. Hilangnya memori (tahap awal
kehilangan memori yang baru, seperti lupa sedang memasak makanan di kompor,
tahap selanjutnya kehilangan memori masa lalu seperti melupakan nama anak-anak,
pekerjaan).
b. Penurunan fungsi bahasa (melupakan
nama benda-benda umum, seperti kursi atau meja, palilalia (mengulangi suara),
dan mengulang kata-kata yang didengar (ekolalia)
c. Kehilangan kemampuan untuk berpikir
abstrak dan merencanakan, memulai, mengurutkan, memantau, atau menghentikan
perilaku yang kompleks (kehilangan fungsi eksekutif) serta kehilangan kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri.
Beberapa gejala umum penderita demensia (pikun), antara lain:
a. Kehilangan ingatan yang baru terjadi
b. Kesulitan mengerjakan pekerjaan
sehari-hari
c. Kesulitan berbicara
d. Disorentiasi tempat dan waktu
e. Penilaian yang kurang sesuai (sering
bingung)
f. Bermasalah pada pemikiran abstrak
g. Salah meletakkan benda
h. Perubahan suasana hati
i. Perubahan kepribadian
j. Kehilangan inisiatif
3.
Faktor-faktor Penyebab Demensia
Penyebab
pikun ini antara lain karena terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar,
termasuk menurunnya jumlah zat-zat kimia dalam otak. Biasanya volume otak akan
mengecil atau menyusut, sehingga rongga-rongga dalam otak melebar. Selain itu
disebabkan oleh penyakit struk, tumor otak, depresi, dan gangguan sistemik.
Pikun yang disebabkan oleh depresi dan ganguan sistemik dapat pulih kembali
tetapi kebanyakan kasus demensia lainnya dapat kembali ke kondisi sebelumnya. Penyebab Demensia
Demensia pada umumnya diklasifikasikan menjadi empat tipe
yaitu :
1. Penyakit Alzheimer
Dalam penyakit Alzheimer, yang ditemukan oleh seorang
neurology asal Jerman Alois Alzheimer pada tahun 1906, jaringan
otak mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dan kematian biasanya terjadi 10
atau 12 tahun setelah onset simtom-simtom. Sekitar 100.000 orang Amerika meninggal
setiap tahunnya karena penyakit ini. Penderita pada awalnya hanya mengalami kesulitan
dalam berkonsentrasi dan dalam mengingat materi yang baru dipelajari, dan dapat terlihat
seolah pikirannya kosong dan mudah tersinggung, kekurangan yang mungkin diabaikan
selama beberapa tahun, namun pada akhirnya mengganggu kehidupan sehari-hari. Riwayat
cedera kepala merupakan salah satu faktor risiko menderita penyakit Alzheimer (Gallo & Lebowitz, 1999;
Rasmassen dkk., 1995). Berbagai studi longitudinal juga menunjukkan bahwa depresi
meningkatkan risiko menderita penyakit Alzheimer, namun tampaknya hanya pada orang-orang
yang menunjukkan ketidakmampuan kognitif ringan pada saat studi tersebut dimulai
(Bassuk dkk., 1998; Gallo & Lebowitz, 1999). Beberapa faktor lingkungan tampaknya memberikan perlindungan
terhadap perkembangan penyakit Alzheimer. Obat-obatan nonsteroid
antiperadangan seperti ibuprofen tampaknya mengurangi resiko penyakit
Alzheimer (Bassuk dkk., 1998; Gallo & Lebowitz, 1999; Stewart dkk., 1997), seperti
halnya nikotin (Whitehouse, 1997). Kelompok obat-obatan yang disebut sebagai statin dan
digunakan untuk mengendalikan kolesterol tampaknya juga bersifat protektif (Rockwood dkk.,
2002). Sayangnya, faktor-faktor protektif tersebut dapat memiliki efek yang tidak diinginkan,
efek merokok yang sangat terkenal pada sistem kardiovaskular dan masalah
gastrointestinal serta hati yang disebabkan oleh obat-obatan antiperadangan dan statin.
2.
Demensia Frontal-Temporal
Tipe demensia ini mencakup 10 persen dari seluruh kasus.
Penyakit ini biasanya timbul pada akhir usia 50-an. Selain
ketidakmampuan kognitif yang umum terjadi pada demensia, demensia frontal temporal ditandai
oleh perubahan perilaku dan kepribadian yang ekstrem. Kadang pasien menjadi sangat
apatetik dan tidak responsive terhadap lingkungan mereka; pada waktu lain mereka menunjukkan
pola yang berlawanan seperti euphoria, aktivitas yang berlebihan, dan impulsivitas (Levy
dkk., 1996). Tidak seperti penyakit Alzheimer, demensia frontal temporal tidak berkaitan
erat dengan hilangnya neuron kolinergik; neuron serotonin adalah yang paling berpengaruh.
Terjadi pengurangan neuron yang menyebar luas pada frontal dan lobus temporalis.
Penyakit Pick adalah salah satu penyebab demensia frontal temporal. Seperti halnya penyakit
Alzheimer, penyakit Pick adalah gangguan degenerative di mana neuron-neuron dalam otak
yang hilang. Penyakit ini juga ditandai oleh adanya kumpulan Pick, yaitu sisipan
berbentuk bulat di dalam neuron. Demensia frontal temporal memiliki komponen genetik yang kuat
meskipun spesifikasi genetic tidak diketahui sebaik dalam penyakit Alzheimer (Usman,
1997).
3.
Demensia Frontal Subkortikal
Demensia tipe ini memengaruhi sirkuit dalam otak yang
menjulur dari subkortikal ke korteks. Karena daerah otak
subkortikal berperan dalam pengendalian gerakan motorik, kognisi dan aktivitas motorik
terpengaruh.
4. Demensia Vaskular
Demensia tipe ini merupakan tipe paling umum kedua setelah
penyakit Alzheimer. Tipe ini didiagnosis bila seorang pasien
yang menderita demensia menunjukkan gejala-gejala neurologis seperti kelemahan pada
satu lengan atau refleks-refleks abnormal atau bila pemindaian otak membuktikan adanya
penyakit serebrovaskular. Yang paling sering terjadi, pasien mengalami serangkaian stroke
di mana terjadi suatu penebalan, yang melemahkan sirkulasi dan menyebabkan kematian sel.
4. Pencegahan atau
Pengobatan Demensia
Untuk
mencegah atau mengobati demensia ini
tidaklah mudah, namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan unutk
pencegahannya, antara lain:
a. Makan makanan yang sehat
b. Pertahankan berat badan yang ideal
c. Lakukan olahraga secara teratur
d. Hindari mengkonsumsi alkohol
e. Jangan merokok
f. Pastikan tekanan darah selalu
terkontrol
g. Menjaga pola makan (makanan yang
rendah lemak dan tinggi serat)
B.
TEMUAN DAN ANALISIS
Penelitian
ini melibatkan satu orang subjek lelaki yang bernama Cun, ia berumur 67 Tahun, dan tinggal di Sungai
Nanam, Alahan Panjang.
Untuk dapat mengetahui apakah subjek mengalami demensia atau tidak, peneliti
mengadakan wawancara langsung (tatap muka). Selain itu, untuk memperkuat
informasi yang peniliti dapatkan, peneliti menanyakan pada istri dari responden tersebut. Pada penelitian
ini peneliti mencatat hal yang
disampaikan informan.
Dari hasil
penelitian tersebut peneliti memperoleh kesimpulan, bahwa subjek menderita
gangguan berfikir, yaitu gangguan berfikir demensia (Pikun). Kesimpulan
tersebut berdasarkan data-data yang sudah peneliti dapatkan antara lain:
Ketika peneliti
menanyakan umur kepada subjek, subjek ragu dan berusaha mengingat-ngingat
kembali, walaupun pada akhirnya subjek menyebutkan berapa umurnya, namun
perkataan yang diucapkan sering di ulang-ulang dan tidak sesuai dengan umur
yang sebenarnya, malahan ceritanya berbelit-belit. Dan ia juga menceritakan tentang
kehidupannya, serta istri-istrinya yang terkadang ia lupa-lupa ingat nama-nama
istrinya.
“Umua ndak sangenek kecek urang lai do,
awak tu lah gaek, lah malaruik-laruik kecek urang. Alah buapo yo?hmm...alah 80 Tahun kurang 3 sahari, kini ko lah 90 lah. Sahari tu alah 80+10 kan lah sambilan
puluah tu a, dikurang
tigo sahari, sahari lo lai lah bara lamo ha. Lah barapo lamo masuak pagi ha, alah lamo
lah labiah lo saratuih. Daek itu dak ado umua urang bantuak ko do, bersukur lah
lai”
“Umur tidak sedikit lagi, kata orang
sudah tua sudah lama hidupnya. Sudah berapa ya? Hmm...sudah 80 Tahun dikurang tiga hari, sekarang
sudah 90 Tahun. Kemaren
sudah 80+10 kan sudah Sembilan
puluh, dikurang tiga
hari, sekarang sudah sehari lagi sudah lama. Sudah berapa lama masuk pagi,
sudah lebih seratus. Karena itu tidak ada orang yang umurnya segini, saya
bersyukur saja”.
Saat penelitian
berlangsung, subjek menyatakan bahwa pendengaran (telinganya) masih baik-baik
saja atau masih terdengar jelas, padahal tidak. Ketika peneliti bertanya,
subjek selalu meminta peneliti untuk mengulang pertanyaanya lagi, contohnya
ketika peneliti menanyakan berapa orang anaknya, pertanyaan peneliti tidak
dapat ia dengar dengan baik, sehingga ia meminta pertanyaan tersebut di ulang
lagi.
Pada saat peneliti menanyakan pada
cucunya, responden memang termasuk orang yang pikun atau demensia.
“ayek ko acok lupo ma bang. Liau
acok lupo jo ari apo kini. Tarompa liau ajo ndk tantu lataknyo dek liau do”.
“Nenek ini sering lupa bang. Beliau
sering lupa sama hari apa sekarang. Sandalnya saja tidak tahu letaknya oleh
beliau”.
Dari
pernyataan-pernyataan di atas terlihat
jelas, bahwa perkataan subjek tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya,
terkadang ia lupa (daya ingatnya berkurang), ia sering mengulang kata-kata yang
sama, dapat dikatakan bahwa subjek
menderita gangguan berfikir demensia (pikun).
Lansia penderita demensia ini tidak memperlihatkan gejala yang menonjol
pada tahap awal, subjek sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses
penuaan dan degeneratif. Faktor yang mempengaruhi terjadinya demensia pada
subjek adalah faktor predisposisi, yaitu faktor perpindahan yang berhubungan
dengan proses menua. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita sendiri ialah
sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang. Seperti
layaknya anak kecil terkadang subjek bertanya sesuatu yang sama berulang kali
walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepikunan atau
demensia adalah suatu penurunan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir
lainnya yang dari hari ke hari semakin memburuk. Gangguan kognitif ini meliputi
gangguan ingatan jangka pendek, kekeliruan mengenai tempat, orang, dan waktu.
Juga gangguan kelancaran berbicara.
Subjek penelitian menderita demensia. Faktor yang
mempengaruhinya adalah faktor predisposisi yaitu degenerasi yang berhubungan
dengan proses penuaan. . Kejanggalan awal dirasakan oleh
penderita sendiri ialah sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan
suatu barang. Seperti layaknya anak kecil terkadang subjek bertanya
sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja
pertanyaan yang sama disampaikan.
B.
Saran
Gangguan
berpikir khususnya demensia (pikun) butuh penanganan serta perlakuan yang baik
terutama bagi keluarga dan orang-orang disekitarnya. Apalagi bagi penderita
demensia usia lanjut (lansia), mereka butuh dukungan dari orang-orang yang
disekitarnya, karena secara tidak langsung penderita demensia usia lanjut
berprilaku layaknya anak kecil (ingin diperhatikan). Oleh sebab itu, setelah
membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bagaimana memperlakukan
orang pikun.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul.
2002. Psikolinguistik: Kajian Teoritik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Diakses Tanggal 07 Mei 2015.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-mohyasiral-7073-2-bab1.pdf.
Diakses Tanggal 12 Desember 2015
http://www.pengertianpengertian.com/2012/04/pengertian-pikun-demensia.html.
Diakses Tanggal 12 Desember 2015
http://dewiku-makalahku.blogspot.co.id/2011/07/psikolinguistik.html.
Diakses Tanggal 12 Desember 2015
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar