Selasa, 12 April 2016

tugas psikolinguisti




LAPORAN PENELITIAN PSIKOLINGUISTIK
Tentang
Demensia Sebagai Salah Satu Gangguan Berpikir



logo-pgri.jpg





Dosen pembimbing : Silvia Marni, M.Pd.




Disusun oleh:
FIFI OKTAVIA        13080002
SESI A




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga makalah yang berjudul “Hubungan Berbahasa Dengan Berpikir (Dimensia Sebagai Salah Satu Gangguan Berpikir)” ini dapat tersusun hingga selesai. Tugas ini diajukan sebagai tugas individu dan tugas akhir mata kuliah Psikolinguistik.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih dari berbagai pihak yang telah membantu dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. khususnya kepada ibu Silvia Marni yang telah membimbing dalam penyusunan makalah atau laporan penelitian ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada informan yang telah membantu dan semua teman-teman sesi A.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

                                                                        Padang, Desember 2015

                                                                                           

    Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR IS....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................
B.     Rumusan masalah..............................................................................
C.    Tujuan penulisan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kajian Teori........................................................................................
B.     Hasil Temuan Dan Analisis................................................................
C.    Pembahasan........................................................................................
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................
B.     Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pikun merupakan salah satu gangguan dalam berfikir. Istilah pikun dalam dunia medis dikenal sebagai demensia. Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive)Demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal
Demensia dapat menyerang berbagai kalangan, tidak hanya usia tua (lansia), orang yang masih muda (usia produktif) juga dapat menderita demensia (pikun). Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak, tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil, tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.
Berdasarkan hal tersebut, pentingnya peneliti membahas gangguan berfikir khususnya demensia disebabkan karena begitu banyak penderita demensia yang dijumpai di lingkungan sekitar peneliti, dari usia tua sampai menyerang usia muda (produktif), oleh sebab itu peneliti ingin mengatahui apa-apa saja faktor yang mempengaruhi demensia, bagaimana gejala awal dari demensia serta apa upaya yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit demensia.
Informan yang peneliti pilih adalah seorang yang memang benar-benar pikun dan terdapat di daerah peneliti. Tepatnya berada tidak jauh dari rumah peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengadakan wawancara langsung dengan informan untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi informan menderita demensia serta bagaiman gejala yang dialami oleh informan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana gejala-gejala penyakit demensia?
2.      Bagaimana faktor-faktor penyebab penyakit demensia?
3.      Bagaimana upaya-upaya mengatasi penyakit demensia?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mendeskripsikan gejala-gejala penyakit demensia.
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit demensia.
3.      Untuk mengetahui upaya-upaya mengatasi penyakit demensia.
D.    Manfaat Penelitian
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoretis.
1.      Manfaat Teoretis
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang gangguan berfikir, terutama penyakit demensia.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi Penulis sendiri
Dapat menambah wawasan penulis tentang pembelajaran gangguan berfikir pada penderita demensia, sehingga dapat membantu penerapan pengetahuan tersebut apabila ada penderita demensia di lingkungan penulis.
b.      Bagi Masyarakat
Apabila makalah ini dibaca oleh masyarakat, maka dapat dijadikan panduan dalam penanganan penderita demensia dengan baik.
E.     Metode Penelitian











BAB II
PEMBAHASAN
A.        Kajian Teori
1.      Pengertian Demensia
Dr. Martina Wiwie S. Nasrun (Media Indonesia, 21 Mei 2001) mengatakan bahwa kepikunan atau demensia adalah suatu penurunan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir lainnya yang dari hari ke hari semakin memburuk. Gangguan kognitif ini meliputi gangguan ingatan jangka pendek, kekeliruan mengenai tempat, orang, dan waktu. Juga gangguan kelancaran berbicara.
Selanjutnya, Dr. Martina menjelaskan hal yang dapat dilakukan untuk mengobati demensia adalah mencari tahu penyebab gangguan perilaku tersebut. Apakah karena adanya nyeri fisik akibat luka atau ada hubungannya dengan depresi. Penanggulangan gangguan pada demensia dapat dilakukan melalui metode non-obat atau pun dengan obat. Tetapi non-obat dilakukan sebelum terapi obat. Jika masalah yang dihadapi tidak berat, tetapi non-obat sudah dapat memproses penyembuhan.
Menurut Chaer penyebab pikun ini antara lain karena terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah zat – zat kimia dalam otak. Biasanya volume otak akan mengecil atau menyusut, sehingga rongga – rongga dalam otak melebar. Selai itu dapat pula disebabkan oleh penyakit seperti stroke, tumor otak, depresi dan gangguam sistemik. Pikun yang disebabkan oleh depresi dan gangguan sistemik dapat pulih kembali, tetapi kebanyakan kasus demensia lainnya tidak dapat kembali ke kondisi sebelumnya.
2.      Ciri-ciri Demensia dan Gejala-gejala Demensia
Orang yang pikun menunjukkan banyak sekali gangguan seperti agnosia, aproksia, amnesia, perubahan kepridian, perubahan perilaku, dan kemunduran dalam segala macam fungsi intelektual. Semua gangguan itu menyebabkan kurangnya berpikir, sehingga ekspresi verbalnya diwarnai dengan kesukaran menemukan kata-kata yang tepat. Kalimat sering kali di ulang-ulang . Apa yang sudah dikatakan diulang lagi. Pembicaraan sering terpurus karena arah pembicaraan tidak teringat atau tidak diketahui lagi, sehingga berpindah ke topik lain. Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Adapun gejala-gejala dari demensia, antara lain:
a.    Hilangnya memori (tahap awal kehilangan memori yang baru, seperti lupa sedang memasak makanan di kompor, tahap selanjutnya kehilangan memori masa lalu seperti melupakan nama anak-anak, pekerjaan).
b.   Penurunan fungsi bahasa (melupakan nama benda-benda umum, seperti kursi atau meja, palilalia (mengulangi suara), dan mengulang kata-kata yang didengar (ekolalia)
c.    Kehilangan kemampuan untuk berpikir abstrak dan merencanakan, memulai, mengurutkan, memantau, atau menghentikan perilaku yang kompleks (kehilangan fungsi eksekutif) serta kehilangan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri.
Beberapa gejala umum penderita demensia (pikun), antara lain:
a.    Kehilangan ingatan yang baru terjadi
b.   Kesulitan mengerjakan pekerjaan sehari-hari
c.    Kesulitan berbicara
d.   Disorentiasi tempat dan waktu
e.    Penilaian yang kurang sesuai (sering bingung)
f.    Bermasalah pada pemikiran abstrak
g.   Salah meletakkan benda
h.   Perubahan suasana hati
i.      Perubahan kepribadian
j.     Kehilangan inisiatif
3.      Faktor-faktor Penyebab Demensia
Penyebab pikun ini antara lain karena terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah zat-zat kimia dalam otak. Biasanya volume otak akan mengecil atau menyusut, sehingga rongga-rongga dalam otak melebar. Selain itu disebabkan oleh penyakit struk, tumor otak, depresi, dan gangguan sistemik. Pikun yang disebabkan oleh depresi dan ganguan sistemik dapat pulih kembali tetapi kebanyakan kasus demensia lainnya dapat kembali ke kondisi sebelumnya. Penyebab Demensia
Demensia pada umumnya diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu :
1.      Penyakit Alzheimer
Dalam penyakit Alzheimer, yang ditemukan oleh seorang neurology asal Jerman Alois Alzheimer pada tahun 1906, jaringan otak mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dan kematian biasanya terjadi 10 atau 12 tahun setelah onset simtom-simtom. Sekitar 100.000 orang Amerika meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. Penderita pada awalnya hanya mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan dalam mengingat materi yang baru dipelajari, dan dapat terlihat seolah pikirannya kosong dan mudah tersinggung, kekurangan yang mungkin diabaikan selama beberapa tahun, namun pada akhirnya mengganggu kehidupan sehari-hari. Riwayat cedera kepala merupakan salah satu faktor risiko menderita penyakit Alzheimer (Gallo & Lebowitz, 1999; Rasmassen dkk., 1995). Berbagai studi longitudinal juga menunjukkan bahwa depresi meningkatkan risiko menderita penyakit Alzheimer, namun tampaknya hanya pada orang-orang yang menunjukkan ketidakmampuan kognitif ringan pada saat studi tersebut dimulai (Bassuk dkk., 1998; Gallo & Lebowitz, 1999).  Beberapa faktor lingkungan tampaknya memberikan perlindungan terhadap perkembangan penyakit Alzheimer. Obat-obatan nonsteroid antiperadangan seperti ibuprofen tampaknya mengurangi resiko penyakit Alzheimer (Bassuk dkk., 1998; Gallo & Lebowitz, 1999; Stewart dkk., 1997), seperti halnya nikotin (Whitehouse, 1997). Kelompok obat-obatan yang disebut sebagai statin dan digunakan untuk mengendalikan kolesterol tampaknya juga bersifat protektif (Rockwood dkk., 2002). Sayangnya, faktor-faktor protektif tersebut dapat memiliki efek yang tidak diinginkan, efek merokok yang sangat terkenal pada sistem kardiovaskular dan masalah gastrointestinal serta hati yang disebabkan oleh obat-obatan antiperadangan dan statin.
2.      Demensia Frontal-Temporal
Tipe demensia ini mencakup 10 persen dari seluruh kasus. Penyakit ini biasanya timbul pada akhir usia 50-an. Selain ketidakmampuan kognitif yang umum terjadi pada demensia, demensia frontal temporal ditandai oleh perubahan perilaku dan kepribadian yang ekstrem. Kadang pasien menjadi sangat apatetik dan tidak responsive terhadap lingkungan mereka; pada waktu lain mereka menunjukkan pola yang berlawanan seperti euphoria, aktivitas yang berlebihan, dan impulsivitas (Levy dkk., 1996). Tidak seperti penyakit Alzheimer, demensia frontal temporal tidak berkaitan erat dengan hilangnya neuron kolinergik; neuron serotonin adalah yang paling berpengaruh. Terjadi pengurangan neuron yang menyebar luas pada frontal dan lobus temporalis. Penyakit Pick adalah salah satu penyebab demensia frontal temporal. Seperti halnya penyakit Alzheimer, penyakit Pick adalah gangguan degenerative di mana neuron-neuron dalam otak yang hilang. Penyakit ini juga ditandai oleh adanya kumpulan Pick, yaitu sisipan berbentuk bulat di dalam neuron. Demensia frontal temporal memiliki komponen genetik yang kuat meskipun spesifikasi genetic tidak diketahui sebaik dalam penyakit Alzheimer (Usman, 1997).
3.      Demensia Frontal Subkortikal
Demensia tipe ini memengaruhi sirkuit dalam otak yang menjulur dari subkortikal ke korteks. Karena daerah otak subkortikal berperan dalam pengendalian gerakan motorik, kognisi dan aktivitas motorik terpengaruh.
4.      Demensia Vaskular
Demensia tipe ini merupakan tipe paling umum kedua setelah penyakit Alzheimer. Tipe ini didiagnosis bila seorang pasien yang menderita demensia menunjukkan gejala-gejala neurologis seperti kelemahan pada satu lengan atau refleks-refleks abnormal atau bila pemindaian otak membuktikan adanya penyakit serebrovaskular. Yang paling sering terjadi, pasien mengalami serangkaian stroke di mana terjadi suatu penebalan, yang melemahkan sirkulasi dan menyebabkan kematian sel.
4.      Pencegahan atau Pengobatan Demensia
Untuk mencegah atau mengobati demensia ini tidaklah mudah, namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan unutk pencegahannya, antara lain:
a.       Makan makanan yang sehat
b.      Pertahankan berat badan yang ideal
c.       Lakukan olahraga secara teratur
d.      Hindari mengkonsumsi alkohol
e.       Jangan merokok
f.       Pastikan tekanan darah selalu terkontrol
g.      Menjaga pola makan (makanan yang rendah lemak dan tinggi serat)

B.        TEMUAN DAN ANALISIS
Penelitian ini melibatkan satu orang subjek lelaki yang bernama Cun, ia berumur 67 Tahun, dan tinggal di Sungai Nanam, Alahan Panjang. Untuk dapat mengetahui apakah subjek mengalami demensia atau tidak, peneliti mengadakan wawancara langsung (tatap muka). Selain itu, untuk memperkuat informasi yang peniliti dapatkan, peneliti menanyakan pada istri dari responden tersebut. Pada penelitian ini peneliti mencatat hal yang disampaikan informan.
Dari hasil penelitian tersebut peneliti memperoleh kesimpulan, bahwa subjek menderita gangguan berfikir, yaitu gangguan berfikir demensia (Pikun). Kesimpulan tersebut berdasarkan data-data yang sudah peneliti dapatkan antara lain:
Ketika peneliti menanyakan umur kepada subjek, subjek ragu dan berusaha mengingat-ngingat kembali, walaupun pada akhirnya subjek menyebutkan berapa umurnya, namun perkataan yang diucapkan sering di ulang-ulang dan tidak sesuai dengan umur yang sebenarnya, malahan ceritanya berbelit-belit. Dan ia juga menceritakan tentang kehidupannya, serta istri-istrinya yang terkadang ia lupa-lupa ingat nama-nama istrinya.
“Umua ndak sangenek kecek urang lai do, awak tu lah gaek, lah malaruik-laruik kecek urang. Alah buapo yo?hmm...alah 80 Tahun kurang 3 sahari, kini ko lah 90 lah. Sahari tu alah 80+10 kan lah sambilan puluah tu a, dikurang tigo sahari, sahari lo lai lah bara lamo ha. Lah barapo lamo masuak pagi ha, alah lamo lah labiah lo saratuih. Daek itu dak ado umua urang bantuak ko do, bersukur lah lai”
“Umur tidak sedikit lagi, kata orang sudah tua sudah lama hidupnya. Sudah berapa ya? Hmm...sudah 80 Tahun dikurang tiga hari, sekarang sudah 90 Tahun. Kemaren sudah 80+10 kan sudah Sembilan puluh, dikurang tiga hari, sekarang sudah sehari lagi sudah lama. Sudah berapa lama masuk pagi, sudah lebih seratus. Karena itu tidak ada orang yang umurnya segini, saya bersyukur saja”.

*      Saat penelitian berlangsung, subjek menyatakan bahwa pendengaran (telinganya) masih baik-baik saja atau masih terdengar jelas, padahal tidak. Ketika peneliti bertanya, subjek selalu meminta peneliti untuk mengulang pertanyaanya lagi, contohnya ketika peneliti menanyakan berapa orang anaknya, pertanyaan peneliti tidak dapat ia dengar dengan baik, sehingga ia meminta pertanyaan tersebut di ulang lagi.

*      Pada saat peneliti menanyakan pada cucunya, responden memang termasuk orang yang pikun atau demensia.

“ayek ko acok lupo ma bang. Liau acok lupo jo ari apo kini. Tarompa liau ajo ndk tantu lataknyo dek liau do”.

“Nenek ini sering lupa bang. Beliau sering lupa sama hari apa sekarang. Sandalnya saja tidak tahu letaknya oleh beliau”.
                        Dari pernyataan-pernyataan di atas  terlihat jelas, bahwa perkataan subjek tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya, terkadang ia lupa (daya ingatnya berkurang), ia sering mengulang kata-kata yang sama,  dapat dikatakan bahwa subjek menderita gangguan berfikir demensia (pikun).
     Lansia penderita demensia ini tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, subjek sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Faktor yang mempengaruhi terjadinya demensia pada subjek adalah faktor predisposisi, yaitu faktor perpindahan yang berhubungan dengan proses menua. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita sendiri ialah sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang. Seperti layaknya anak kecil terkadang subjek bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Kepikunan atau demensia adalah suatu penurunan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir lainnya yang dari hari ke hari semakin memburuk. Gangguan kognitif ini meliputi gangguan ingatan jangka pendek, kekeliruan mengenai tempat, orang, dan waktu. Juga gangguan kelancaran berbicara.
Subjek penelitian menderita demensia. Faktor yang mempengaruhinya adalah faktor predisposisi yaitu degenerasi yang berhubungan dengan proses penuaan. . Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita sendiri ialah sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang. Seperti layaknya anak kecil terkadang subjek bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan.
B.      Saran
Gangguan berpikir khususnya demensia (pikun) butuh penanganan serta perlakuan yang baik terutama bagi keluarga dan orang-orang disekitarnya. Apalagi bagi penderita demensia usia lanjut (lansia), mereka butuh dukungan dari orang-orang yang disekitarnya, karena secara tidak langsung penderita demensia usia lanjut berprilaku layaknya anak kecil (ingin diperhatikan). Oleh sebab itu, setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bagaimana memperlakukan orang pikun.




DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Diakses Tanggal 07 Mei 2015.











LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar